Tindakan Sosial Tingkat Mikro (Individu)


a. Hakikat Individu
Descartes melihat manusia sebagai a two-separate yet interacting entity: body (badan, jasad, tubuh) dan mind (akal, fikiran, ingatan). Kemudian Wundt mencoba membagi mind (akal, fikiran, ingatan) itu kedalam particles of sensations, feeling and images. Kemudian, Meyer, Dunbar, Coghill, Bernard, Smut dan lainnya mengkaji ulang temuan itu dan menegaskan bahwa mind and body itu merupakan suatu entitas utuh dan tak terpisahkan. Mereka berpendapat bahwa manusia merupakan a unified and organized whole of mind and body. Pemilahan mind and body itu baru bermakna ketika
aspek-aspeknya dikaitkan secara bertautan, utuh dan sempurna (Hall & Lincdzey, 1981, Saraka, 2001)

Menurut Almaraghi, manusia dilengkap dengan adanya lima hidayah yang diberikan Allah SWT kepada manusia: instink (al-Ilhami, Garizh), indera (al-Hawasi), akal-budi (al-Aqli), agama (al-Adyani), dan at-Taufiqi. Hidayah akal-budi lebih tinggi tingkatannya dari hidayah insting dan hidayah indera pada hewan lain. Dengan demikian, akal-budilah yang membedakan manusia dengan hewan.
Kelebihan lainnya adalah manusia juga memiliki hidayah agama (adyani) dan at-taufiqi. Semuanya itu merupakan kelengkapan dari Ruh yang langsung ditiupkan Allah, sementara makhluk lain tidak. Hocking menambahkan bahwa manusia merupakan makhluk senang ketawa, bertanya, memiliki kesadaran, moral, perasaan, dan kemampuan berfikir dan menghayal secara menyuluruh yang tidak dimiliki makhluk hewan lain.


b. Tindakan

Tindakan seseorang tida terjadi hanya dengan satu unsur, tetapi dibangun melalui beberapa unsur body dan mind. Atau fisik dan psikhis. Unsur psikhis lebih dominan dari pada unsur fisik. Oleh karena itu kajian tentang individu atau tingkat mikro lebih ditekankan pada unsur psikologis yakni unsur-unsur psikhis. Unsur psikhis misalnya pengetahuan, perasaan, sikap dalam aktualisasinya memerlukan atau berhubungan dengan unsur fisik. Misalnya pengetahuan berhubungan dengan mind atau akal, dan akal berhubungan dengan otak, pancaindra, dan benda atau obyek yang diketahui. Untuk dapat mengetahui objek juga membutuhkan sinar, sinar dengan matahari atau sumber cahanya lainnya misalnya lampu listrik. Listrik berhubungan dengan energi. Energi berhubungan dengan sumber energi dan lain sebagainya.

Energi dan makanan yang dikonsumsinya dan memprosesnya untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya : sirkulasi, aktivitas otot, persepsi, berpikir dan mengingat. Energi
yang memberi kekuatan orang bernafas atau mencerna makanan seperti energi yang memberi kekuatan berpikir dan mengingat. Energi harus dibatasi dari sisi pekerjaan yang dioperasikan, misalnya : jika pekerjaan itu melibatkan kegiatan psikologis seperti berpikir, maka berpikir itu merupakan suatu bentuk energi-energi psikis yang disebut akal. Energi dapat ditransformasi dari situasi ke situasi lain yang tidak pernah hilang dari total cosmic system. Energi psikis dapat ditransformasikan ke dalam energi fisiologi atau sebaliknya. Titik temu antar energi dari tubuh dengan energi psikis adalah keinginan dan instingnya. Keinginan-keinginannya apabila terpenuhi menghasilkan kekaguman.

Secara esensial, innate or selft-potentials dipakai untuk merepresentasi akal (aql, faqr, head atau brain), hati (heart, mind, soul, spirit), panca indera dan anggota badan : tangan dan kaki dengan menggunakan panca indera untuk mendengar, mengamati, membaca situasi, memfungsikan potensi akal-pikiran (mind-nya), individu-individu dimungkinkan merespon lingkungannya secara proaktif, kritis, kreatif dan konstruktif, dan hati untuk berzikir dan berikhtiar untuk memahami, menjiwai, dan menghayati masalahnya, maka keputusan dapat diambil, dan solusi dapat ditemukan. Orang yang mendayagunakan potensinya selalu dibukakan jalan keluar untuk menunaikan fungsi kemanusiaannya.

As‘ari (1992) mengatakan bahwa kalbu (qalb) manusia merupakan bagian dari akal dipakaui untuk memahami dan memaknai tanda-tanda kebesaran Allah (baik yang tersurat dalam Al-Qur‘an maupun dalam sunnah Allah yang mengatur seluruh kehidupan alam semesta. Pemahaman qalb ini bersifat spiritual dan memberi wawasan moralitas dan arah yang benar untuk mengembangkan pemikiran dan perasaan seseorang. Kata diri dalam bahasa Arab berarti qalb, soul (ruh), nafs nature dan aql (intellect, reason). Hunt, mengatakan bahwa otak manusia yang sehat memiliki kemampuan menyimpan 100 trilliun bits of informations, atau lebih dari 500 kali dari jumlah informasi yang ada dalam Encyclopedia Britanica. Sejak itu, berubah diketahui kemampuan otak menyimpan informasi.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hati (yang disebut heart, qolb) merupakan esensi kepribadian manusia. Hati merupakan titik sentral yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian manusia dan sebagai suatu entitas yang ada pada diri manusia dan mengendalikan seluruh fungsi organis dan psikisnya (Akbar, 2000 dan Sihab, 1996). Rakhmat menjelaskan bahwa qalb dari kata (qalaba) yang berarti membalik berpotensi untuk berbolak-balik: di suatu saat, ia mau menerima dan di saat lain, ia menolak. Hati bisa menimbulkan perasaan sedih (sakit) lalu menangis dan tersinggung dan lainnya. Hati itu memang tidak konsisten kecuali yang memperoleh bimbingan cahaya Illahi. Al-Ghazali mengenalkan makna hati : lathifah, rabbaniyah ruhaniyah atau sesuatu yang lembut dan Tuhan. Lathifah itulah yang membuat kita mengetahui atau merasakan sesuatu. Hati adalah bagian dari ruhani yang kerjanya memahami sesuatu disebut qalb (Akbar, 2000 dan Sihab, 1996).

Manusia secara total memiliki kemampuan menggunakan akal-fikiran (head), hati (heart), memfungsikan pancaindera dan menggerakkan anggota badan, tangan dan kakinya (hands) untuk mengatasi masalah hidup dan kehidupannya. Aktualisasi segenap potensi dalam mengatasi (masalah) kehidupan, memiliki kemiripan dengan model fraxis reflection – action – reflection (Freire, 1974); model DT: fikir, dzikir dan ikhtiar (Akbar, 2000).

Dalam mengatasi masalah, orang Islam lebih banyak berfikir, berdzikir dan berikhtiar. Berdoa kepada Allah dan merealisasikan dalam kerja, lebih banyak menyebut Asmaul Husna. Dengan banyak mengingat dan, merenung, memikirkan dan memohon ampunan kepada Allah semoga diberi petunjuk dan jalan keluarnya, mereka berusaha dan bekerja. Keberakalan manusia dimungkinkan berkembang jika ada keterpaduan antara fikir dan dzikir. Fikir bekerja untuk memahami alam dan manusia: memahami proses penciptaannya, prinsip-prinsip kebenaran yang ada di dalamnya serta ukuran kodratnya. Dimensi dzikir dengan kalbu dipakai untuk memaknai tanda-tanda kebesaran Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat di alam semesta. Dzikir memberi arah yang benar bagi pengembangan pemikiran dan wawasan moralitas. Musa al-Asy‘Arie menggambarkan kaitan fikir, dzikir dan ikhtiar untuk aktualitas ibadah sesuai fungsi diciptakannya.

Disisi lain Sigmund Freud menyatakan bahwa manusia itu memliki tiga ―instansi‖ psikhis yang menentukan kepribadiannya yaitu : (1) Id, (2) Ego, dan (3) Super Ego.
Pertama, Id yang paling dominan dalam mendorong manusia berperilaku adalah libido atau dorongan sexual. Id dimaksudkan sebagai lapisan psikhis yang paling dasar merupakan naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan, karena itu yang berkuasa adalah kesenangan yang tidak mengenal waktu dan tidak mengenal hukum-hukum logika.

Kedua, Ego adalah hasil deferensiasi dari Id karena kontak dengan dunia luar. Ego merupakan kekuatan mengimplementasikan Id, dalam melaksanakan aktivitanya ego menyerupai gunung es di tengah lautan, ujung atasnya hanya sedikit kelihatan. Ujung atas (puncaknya) itu yang disebut kesadaran, lapisan di tengah yang tergenang air laut tidak kelihatan disebut lapisan ambang sadar, dan bagian paling bawah dan paling besar dan yang di anologikan berada di dasar lautan disebut bawah sadar. Lapisan bawah sadar ini merupakan memori tempat menyimpan data-data yang diimput melalui panca indra. Data-data yang tersimpan dalam memori bawah sadar ini akan dipanggil dan muncul ke lapisan alam sadar apabila mendapat rangsangan yang sama atau hampir sama. Sehingga ego dapat melaksanakan aktivitasnya secara sadar. Namun yang paling sering terjadi ego melakukan aktivitasnya melalui alam ambang sadar yang belum tersaring melalui super ego, sehingga sering mengakibatkan penyesalan.

Ketiga, Super Ego sebagai moral arm of personality merupakan representasi internal dari nilai-nilai dan cita-cita suatu masyarakat menekankan pada nilai-nilai ideal dari pada nilai real dan kepada perpection daripada pleasure. Ia adalah intansi yang mengembangkan hasil interaksi dengan dunia luar internalisasi atau pembatinan dari norma-norma atau nilai-nilai yang diakuinya. Sehingga merupakan pancaran kekuatan dari dalam kepeduliannya lebih menyoroti right or wrong-nya suatu tindakan, mengevaluasi apakah suatu tindakan yang dilakukan seuai atau tidak dengan kaidah-kaidah atau norma-norma moral. Super-Ego sebagai internalized moral arbiter of conduct tumbuh dan berkembang untuk merespon ganjaran dan hukuman, yakni memperoleh ganjaran dan mencegah hukuman.


c. Individualisme

Hobbes, memandang selama hidup manusia bila tanpa suatu kekuasaan umum untuk menyimpan semua hal termasuk perasaan kagum, mereka berada dalam kondisi yang disebut lubang; dan lubang seperti itu menjadikan semua orang melawan semua orang... . Itu berakibat juga kepada kondisi yang sama, menjadi tidak ada Kebenaran, tidak ada kekuasaan mutlak, tidak ada Tambang dan harta milik yang berbeda; tetapi dengan pengecualian semua orang bisa memperolehnya; dan untuk waktu lama ia dapat menyimpannya. Dengan begitu, banyak kondisi yang sakit, resah, orang benar-benar ditempatkan secara alami meskipun dengan suatu kemungkinan untuk keluar dari lubang tersebut.

Akan jadi lebih baik untuk mulai dengan suatu pendekatan lebih konvensional, lebih dangkal, apa yang disebut Hobbes tanggung jawab status alami yang tidak dirancang untuk mengilhami suatu pencarian, tetapi lebih untuk berdamai dan fokus kecurigaan tata masyarakat, dan untuk memperkenalkan suatu tanggung jawab individualistik yang mereka dukung. Ini telah menjadi gaya baku yang digunakan Hobbes dalam konteks teori sosial modern.

Hobbes mengajukan suatu permasalahan dalam tatanan sosial tentang kekurangan konflik individu dan timbal balik kecurigaannya, dan ia menawarkan suatu solusi berdasarkan pada ketakutan paksaan yang umum oleh penguasa kedaulatan tunggal. Solusi Hobbes adalah tidak lagi secara luas menerima, hanyalah merumuskan masalah sifat perseorangan dan solusi tetap penting. Individualisme selanjutnya menjadi tradisi teoretis yang tumbuh subur sekarang ini dan dalam banyak hal sedikit orang yang meragukan semua tradisi teori sosial. Yakni kesadaran kita tentang hidup sosial adalah kesadaran individu. Kita mengamati individu yang melakukan berbagai hal, memperhatikan tentang mereka sebagaimana kita meyakinkan diri kita, untuk mencoba mengira apa yang mereka mungkin lakukan ketika kita membuat rencana masa depan kita sendiri. Dan ketika kita mengumpulkan data untuk mengamati, di samping aktivitas individu juga produk dari aktivitas itu. Hal Seperti itu, logis untuk menduga bahwa melalui pengamatan individu, dan berteori tentang basis dari apa yang mereka lakukan, kita akan memperoleh suatu pemahaman tentang kehidupan sosial dan tatanan sosial, karena suatu masyarakat adalah kumpulan dari semua tindakan yang secara terpisah disebabkan oleh anggota individunya.

Ada banyak macam individualisme dengaan istilah yang berbeda-beda maknanya dalam konteks yang berbeda, tetapi untuk tujuan kita sekarang, kita akan mencukupkan pandangan kita pada format individualisme dalam arti kesendirian, misalnya ekonomi dibangun dan disokong, dengan mengambil tempat pemberangkatannya berdasarkan minat diri dan ―rasionalitas rasional‖. Dalam menetapkan rasionalitas rasional dengan cara menarik perhatian, pendekatan ini mengidentifikasi tata cara individu dengan bebas tidak terikat pada yang lain dan secara internal membuat mereka terlibat dalam perubahan kehidupan sosial.

Individu diperlakukan sebagai sistem pengolahan informasi dan pemikiran secara mandiri dengan berorientasi pada tujuan. Pada individulisme, individu tidak dibentuk oleh orang lain atau lingkungan mereka secara umum sungguhpun cara-cara lain mereka mungkin sangat dipengaruhi oleh kedua-duanya, dan berkewajiban untuk memperhatikan kedua-duanya. Pada individulisme, individu dianggap bebas sebagai sumber tindakan. Secara krusial ini menyederhanakan tugas pemahaman keseluruhan sistem tindakan: jika tindakan secara terpisah diproduksi, kemudian mereka bersedia menerima pengumpulan dan pengurangan modeling dengan metode kuantitatif. Teknik ini lebih banyak disukai oleh para pakar teori sekarang, dan dapat mempertanyakan berapa banyak dalil perseorangan diadopsi untuk menjawab bukti, tetapi dalam rangka memudahkan dan menyederhanakan aplikasi tentang teknik matematis ini.

Pakar teori individualistik tertentu cenderung setuju tidak hanya dalam pemberangkatan teoretis mereka, tetapi juga dalam metodologi mereka. Mereka menyokong suatu pendekatan teori sosial, dan pekerjaan mereka menerangkan contoh permasalahan dan jasa menyangkut pendekatan itu. Mereka mulai dengan dalil sederhana tentang perilaku manusia individu, dan keseluruhan hasil menyangkut perilaku itu dalam kontek manapun, kemudian disimpulkan dari dalil itu. Dalam wujud individualisme yang berhubungan dengan kita di sini, empat dalil pokok biasanya diambil. Manusia dikira menjadi tujuan rasional mandiri mengorientasikan egois atau diri mengenai pengambil-alihan kemerdekaan adalah paling utama dari semua. Keseluruhan pendekatan individualistik didasarkan tindakan hukuman yang diproduksi oleh agen sasaran hasil dan prosedur pengambilan keputusan kukuh stabil, karakteristik hakiki tidak terikat pada konteks.

Individualisme, diharapkan individu untuk memperhatikan lingkungan mereka dan tindakan dari individu yang lain di dalamnya, tetapi bukan untuk mengubah mereka secara alami atau kekayaan hakiki sebagai jawaban atas mereka. Individualisme ingin menggunakan rasionalitas dan sasaran atau hasil individu menjelaskan berbagai hal, bukan sebagai variabel yang sedang kekurangan penjelasan diri mereka. Individu diasumsikan menjadi logis dan rasional (dan karenanya banyak mengetahui pengetahuan diperlukan untuk perhitungan), dalam rangka meliputi kemampuan mereka untuk membayangkan konsekuensi tentang tindakan mungkin sebelum memilih yang akan sungguh-sungguh mereka laksanakan.

Asumsi bahwa individu mempunyai tujuan (sering dikenal sebagai "ingin" atau "keinginan" secara indivualistik) dibuat dalam rangka menjelaskan mengapa mereka perlu memilih satu tindakan bukannya yang lain. Biasanya kekurangan individu dapat diatur melalui suatu tatanan prioritas pilihan dan individu itu bertindak secara optimal untuk menyadari pilihan mereka. Ini juga biasanya mengasumsikan pilihan dan tatanan peringkat mereka ditetapkan; diperbaiki agar stabil.

Secara ringkas, individualisme berasumsi bahwa suatu agen dalam suatu situasi sosial akan beroperasi sebagai berikut: dia akan dengan bebas memeriksa persediaan situasi yang secara rasional mengalkulasi dipandang dari sudut apa yang dia ketahui bagaimana tiap tindakan tersedia dapat dikenakan untuk mempengaruhi situasi itu; tindakan yang tercatat tampaknya akan paling efektif, dan tujuannya lebih lanjut; dan menetapkan tindakan itu. Jika individu egois, tujuan diri melayani dan tindakan akan tertarik.

Dalam suatu masyarakat munculnya kebutuhan individu, semua tindakan secara individu dihitung, logis, diorientasikan pada pencapaian tujuan, dan (pada umumnya) mengenai diri. Individualisme menyiratkan, bahwa semua tindakan yang benar-benar yang ditemukan dalam situasi sosial adalah jenis ini, dan mencari untuk meramalkan keseluruhan pola tindakan (budaya) yang mungkin kita temukan dalam situasi sosial yang diberikan karena setiap tindakan individu adalah jenis ini. Namun, bagaimanapun, tidak ada cara meramalkan dalil dasar tentang bagaimana individu akan bertindak jika mereka dibawa bersama-sama, sebagaimana, ketika sangat banyak orang terpisah dalam suatu lingkungan yang tidak ditentukan. Ramalan logis adalah mungkin hanya jika individu beroperasi, suatu konteks dalam aneka pilihan mereka dengan berat dibatasi oleh hal-hal dari luar dirinya. Dalam konteks ini, sekarang banyak teori sosial individualistik yang menyajikan batasan eksternal secara palsu.

Pendekatan terhadap teori sosial umum dikenal dan sering ditemukan teori ekonomi, teori politik modern, teori permainan dan teori pilihan logis. Walaupun demikian, tidak ada keraguan, tentang disiplin ilmu sosial. Dalam sosiologi paling sedikit yang simpatik pada pendekatan individual ini. Karena Emile Durkheim, posisi individualisme merupakan bagian terpenting dari usaha menetapkan disiplin sosiologi. Tradisi Marxian, sampai kedatangan "pilihan logis Marxisme ", telah menjadi sebagian besar anti-individualistik. Namun, "metodologis indivualistik" Max Weber mengaktifkan tradisi tentang teori sosial yang menekankan ketidakcukupan teori berdasar pada" rasionalitas ekonomi". Hal ini disebabkan rumit dan pentingnya asumsi individualistik dalam teori sosial sering dilewatkan.

Pakar teori yang mungkin berkembang yang benar-benar mempercayakan kepada macam penjelasan individualistik. Apa yang pakar teori ini katakan bahwa individu bukan hanya suatu kebebasan rasional egois, yang mengakui adanya individu sebagian dari waktunya, atau sampai taraf tertentu


d. Koordinasi

Kekuatan dan kemungkinan bagi munculnya kebutuhan individu menjadi minat sosial yang besar. Bayangkan sejumlah individu bertindak secara serempak, dengan setiap individu mampu memilih tindakan alternatif. Banyak kombinasi tindakan akan jadi mungkin. Bayangkan sejak semua individu setuju yang merupakan kombinasi paling buruk dan yang terbaik, dan bahwa mereka semua ingin dihasilkan salah satu kombinasi terbaik. Dalam hal ini, semua individu mungkin dikatakan mempunyai minat yang sama. Mereka semua berbagi dalam suatu minat menkoordinasikan tindakan mereka sedemikian rupa sehingga keseluruhan kombinasi adalah suatu hasil terbaik. Munculnya kebutuhan individu harus di utamakan dalam koordinasi tindakan mereka. Ketika setiap individu mencari hasil yang sama, mereka harus tidak ada rintangan serius menuju prestasinya meskipun dalam masyarakat egois.

Macam koordinasi, permasalahan ini adalah suatu contoh produk tentang pengetahuan yang tidak cukup. Sasaran bersama dan minat dalam diri mereka tidak membatasi berbagai kemungkinan bagi tindakan yang memadai. Pembatasan lebih lanjut harus dicapai oleh persetujuan, tetapi untuk pengetahuan bersama itu dan pemahaman bersama adalah perlu untuk mengenali bahwa ini adalah sifat alami masalah untuk melihat bagaimana cara memecahkan persoalan itu. Ciptaan pengetahuan bersama lebih lanjut dan pemahaman bersama mencukupi. Apakah dua individu dalam contoh untuk menjadi atlet angkat besi profesional tentang objek berat yang siap mereka kembangkan untuk yang rutin dapat dipercaya, koordinasi yang didasarkan pada pengetahuan bersama, pengetahuan bersama cukup untuk membuat koordinasi yang diperlukan yang mungkin adalah semua yang di sini perlu, sebab individu ingin koordinasi. Karena mereka mempunyai minat dan tujuan umum, ER individu dapat percaya satu sama lain di sini. Tentu saja, mereka dapat percaya satu sama lain untuk mencari kemungkinan koordinasi seperti halnya untuk menetapkan ketika dikenali. Dan yang terdahulu boleh benar-benar menjadi tidak ternilai dalam pengamanan yang belakangan.

Dengan permasalahan koordinasi, solusi meningkatkan satu kesempatan menuju kesempatan lebih lanjut. Format solusi meletakkan persediaan pengetahuan sosial dan tindakan sosial masa depan menjadi lebih dikoordinasi. Ini adalah suatu proses sosial yang penting. Ketika sejumlah besar individu memecahkan permasalahan koordinasi, menghasilkan pola aktivitas melibatkan konvensi berikut, dan itu demi kepentingan munculnya kebutuhan ekonomi individu untuk dilanjutkan pada tingkat konvensi. Banyak permasalahan berhubungan dengan kekuasaan dapat diperjelas dengan memikirkan permasalahan koordinasi. Implikasi agen yang saksama itu perlu memanfaatkan orang lain dengan menggerakkan kekuasaannya. Ada suatu kecenderungan untuk peduli kekuasaan sebagai sesuatu yang hampir bersifat material, suatu unsur yang harus datang dari suatu tempat dan berada di suatu tempat. Kekuasaan yang diproduksi oleh koordinasi tampak untuk tidak datang dari mana pun juga, yang kita temukan susah untuk mengakui adanya. Marx mencatat kecenderungan itu untuk menguraikan kembali kekuasaan seperti sesuatu yang substansil, sesuatu yang "selalu ke sana". Kekuasaan produktif yang dikembangkan oleh pekerja ketika bekerja sama adalah kekuasaan modal yang produktif.

Kekuasaan yang produktif ini tentang tenaga kerja dihubungkan dan dikembangkan tanpa alasan kapan saja pekerja ditempatkan di bawah kondisi-kondisi yang diberikan, dan itu adalah modal yang ditempatkannya di bawah sebab tidak ada modal apa pun dan pada sisi lain sebab pekerja sendiri tidak mengembangkannya sebelum mereka mempunyai modal. Itu tampak sebagai kekuasaan dengan modal yang diberkati kekuasaan produktif secara alami yang tetap ada.

Masyarakat kapitalis modern sangat terordinasi tentu saja. Kuasa-Kuasa mereka, kemampuan dan kapasitas mereka, secara besar-besaran diperbesar oleh koordinasi ini. Keluaran produktif mereka, yang mencerminkan penghisapan kuasa-kuasa ini sangat ditingkatkan. Apa yang dilaksanakan melalui tindakan ordinasi adalah tatanan penting yang lebih besar dari apa yang bisa dilaksanakan tanpa koordinasi. Lebih dari itu, minat individu dalam menahan keseluruhan koordinasi selalu menyajikan, selalu kuat, terutama pada masyarakat modern yang tindakan individunya dibalut ke dalam koordinasi dengan tindakan suatu cakupan berbeda dari yang lain. Semua ini harus membantu ke arah stabilitas. Dan kuncinya adalah pengaturan kelembagaan masyarakat ini.

Ini bukan untuk dikatakan bahwa status quo, untuk kebanyakan individu, adalah dunia yang paling mungkin, atau bahkan yang tidak ada pilihan lain orang-orang kebanyakan itu bisa menyetujui apa yang lebih baik.


d. Kooperasi

Kooperasi merupakan karakter asli manusia sebagai makhluk sosial, tanpa kooeprasi tidak akan dapat hidup normal, kesulitan hidup diraskan berat bahkan munkin tidak dapat di atasi.

Kooperasi terjadi dalam kondisi kesatuan yang utuh, tidak terpecah-belah dan cerai-berai. Tujuan hidup manusia adalah tujuan bersama dalam sistem nilai yang di akui bersama. Karena itu hakekat gotong royong yakni saling menolong berjiwa toleran mutlak memaksa harus ada dalam kooperasi. Sebagaiman pada integrasi kopersii meliputi keutuh-lengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat, harmonis dan mesra antara anggota-anggota kesatuan itu.

Misalnya suatu keluarga yang integrated ialah keluarga yang anggota-anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya masih utuh lengkap dan jalinan hubungan kejiwaan, ikatan kekeluargaan serta kegotong-royongan kehidupannya masih kuat, harmonis dan mesra. Apabila dalam keluarga itu, antara ayah dan ibu sudah bercerai atau hubungannya sudah renggang, anak-anaknya tidak terpelihara dan tidak terkendalikan lagi, hidupnya selalu dalam perselisihan dan pertengkaran, maka keluarga yang demikian itu adalah keluarga yang disintegrated (disintegrasi), keutuhannya sudah retak dan terpecah menuju kehancurannya.

Kooperasi bukanlah hanya sekedar berhimpunnya faktor-faktor atau anggota-anggota suatu kesatuan, tetapi haus tecipta kondisi dalam kesamaan dalam bertindak, meskipun jenis tindakan masing-masing anggota berbeda sesuai dengan tugasnya, namun orientasi dari tindakan anggota-anggota kesatuan itu yang meleburkan diri dalam suatu susunan yang mempunyai jalinan hubungan yang erat, mesra dan harmonis sehingga merupakan satu kesatuan yang buiulat. Integrasi itu ibarat sebuah bangunan rumah yang merupakan kesatuan yang tersusun dengan erat dan harmonis dari bahan-bahan kayu, batu, bata, semen, pasir, genting dan sebagainya, yang kesemuanya mempadukan diri menjadi bangunan rumah tersebut. Dengan demikian maka berkumpulnya orang-orang tanpa ikatan dan jalinan hubungan yang mempersatu-padukannya, belumlah dikatakan telah beritegrasi. Perkumpulan orang-orang itu barulah dapat dikatakan telah berintegrasi apabila mempunyai ikatan yang erat dan jalinan hubungan yang mesra dengan rasa persaudaraan, persamaan, kasih-sayang, gotong-royong dan perasaan senasib dan sepenanggungan, sehingga seolah-olah merupakan satu kesatuan tubuh atau organisme.

Di dunia ini manusia membawa tugas kehambaan (ibadah) dan kekhilafan. Tugas kehambaan ialah bahwa semua manusia itu adalah hamba Allah, maka hanyalah harus menghamba, menyembah, taat dan patuh kepada dan karena Allah. Adapun tugas kekhilafan ialah bahwa manusia dijadikan Allah sebagai khalifah-Nya, sebagai wakil-Nya di muka bumi. Sebagai khalifah manusia harus melaksanakan peraturan-peraturan Allah di bumi, membina kemakmuran, peradaban dan kebudayaan di atasnya serta membangun kehidupan yang damai dan sejahtera secara kooperatip atau bersama-sama.


Demikianlah bahwa manusia itu pada hakikatnya merupakan satu kesatuan ummat, merupakan satu keluarga besar yang berasal dari nenek-moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Begitu pula bahwa semua manusia itu adalah sama sebagai hamba Allah yang harus hanya mengabdi kepada-Nya dan melaksanakan segala peraturan-peraturan-Nya, dan sama pula sebagai pengemban amanat kekhilafan yang harus membina kemakmuran peradaban, kebudayaan dan kehidupan yang damai dan sejahtera di muka bumi. Oleh karena itu, baik dilihat dari asal kejadian dan keturunannya maupun dari tugasnya, maka semua manusia itu berada dalam satu kesatuan ikatan dan hubungan. Oleh karena itulah mereka melaksanakan amanat atau aturan hidup yang satu yaitu menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Penyerahan diri itu disebut Islam. Dengan demikian semua nabi itu adalah Islam membawa prinsip-prinsip kesatuan, persamaan dan persaudaraan seluruh umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar